Saturday, February 14, 2009

Pasca Aceh, Sebuah Refleksi

Sebuah perputaran dunia, sekali lagi membawa di awal tahun masehi.
Ada banyak duka tertinggal di penghujung tahun.
Tragedi yang menyisakan begitu banyak kepedihan, begitu banyak penderitaan.
Namun tak urung membuat sadar betapa kecil kita manusia, dan betapa Maha Kuasa Allah yang dapat membinasakan semua yang ada hanya dengan jentikan jari-Nya.

Dapat terbayang betapa jerit kematian itu menghentak tanah Aceh, raung kepedihan dan rintih kesakitan itu begitu mengiris kalbu.
Sedih! Hanya itu yang bisa kurasakan, turut berduka cita.
Betapapun diri mencoba ikut merasakan pilu itu, namun takkan bisa mengerti, takkan pernah bisa memahami penderitaan mereka.

Aku takkan bisa memahami bagaimana rasanya ketika maut menjemput di depan mata dengan gemuruh yang begitu luar biasa.
Juga tak bisa merasakan bagaimana kehidupan indah sebuah keluarga tiba-tiba terenggut di depan mata dan menjadikan seseorang sunyi sebatang kara.
Pun takkan bisa memahami bagaimana rasanya sosok bayi terlepas dari pelukan ibunya.tanpa daya.
Atau bagaimana kepedihan seorang ayah, suami yang berjalan dari satu mayat ke mayat yang lain untuk mencari wajah-wajah yang begitu dicintainya.
Terlebih takkan bisa merasakan trauma dan rasa ketakutan yang terus menghantui dan entah kapan kan berakhir.

Ampuni hambaMu ya Allah, betapa rendah dan lemah diri ini. Betapa malu dan merasa sangat tidak berarti.
Begitu sering meratapi segenggam harap yang terenggut, menangisi sepotong cinta yang hilang, yang ternyata bukanlah apa-apa dibanding penderitaan yang dirasakan mereka yang menerima cobaan yang lebih berat dari-Mu.
Meski pernah kehilangan orang-orang tercinta dalam hidup, tetap saja kepedihan yang terasa tidak sedalam mereka yang hidupnya terenggut dalam amukan bencana maha dasyat..

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun” (QS 2:155 - 156)

Kami hanyalah milikmu ya Allah, dan akan kembali kepada-Mu. Engkaulah Yang Maha Adil dan Bijaksana, dan Maha tahu hikmah yang tersemunyi di balik setiap peristiwa.

Yaa Rabb, jadikanlah musibah ini pelajaran bagi kami. Petunjuk untuk semakin mendekatkan diri kepada-Mu.

Yaa Rahman, jangan Kau putuskan rahmat-Mu dari kami setelah Kau rengggut orang-orang terkasih, jadikanlah kami hamba-hamba yang pandai bersabar dan ridha atas ketentuan-Mu.

Betapa kematian itu sangat dekat, namun terkadang kesenangan dunia melalaikan kami dari-Mu.

“Jibril pernah berkata; "Hai Muhammad, hiduplah sesukamu maka kamu akan mati. Dan, cintailah sesukamu maka kamu akan berpisah dengannya. Dan beramallah, sebab kamu akan menjumpai lagi amalanmu itu” (HR Abu Dawud ath-Thayalusi dari Jabir bin Abdillah r.a.)

Sekali lagi satu tahun terlewati, berapa banyak amalan yang kulakukan?
Sungguh musibah yang menimpa Negeri Serambi Mekah menohokku!
Kematian begitu dekat, setiap saat ruh bisa terenggut dari jasad. Tapi kemana amalanku?

"Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.’ (QS 103 : 1 – 3)

Ya Allah, ringankanlah penderitaan saudara-saudara kami, hapuslah kesdihannya, dan gantikanlah musibah yang menimpa dengan anugerah kehidupan yang lebih baik. Jadikanlah musibah ini sebagai penghapus dosa pembersih diri, dan terimalah amal ibadah mereka yang berpulang sebagai syuhada disisi-Mu.

Ya Allah jadikanlah kami hamba yang bertaqwa, mudahkanlah jalan kami untuk menapak di atas sirath al mustaqim, jalan lurus yang Engkau ridhai. Hindarkanlah kami dari kerugian menjadi manusia yang sia-sia, dibatas usia kami yang begitu singkat.

Amin ya rabbal alamin…

No comments:

Post a Comment